Friday, October 21, 2011

For A Reason

I'm a firm believer that everything always happens for a reason.
Everything.
Seperti kenyataan kenapa saya lebih gampang gendut dibanding orang-orang.
Pasti supaya saya semakin rajin olah raga, jaga kesehatan dan makan sehat dan seimbang.
Coba seandainya metabolisme saya sekencang beberapa teman saya yang bisa makan apa aja, tapi tetep kurus selangsing peragawati (saya curiga mereka piara naga dalem perut mereka). Yang ada saya pasti bakal semena-mena; makan junk food tiap hari, gak pernah olah raga dan hidup dengan sangat tidak sehat.

Satu contoh lain, adalah kenyataan bentuk kaki saya yang rada 'susah'. Maksudnya, saya gak bisa sembarangan pakai sepatu. Apalagi sekarang-sekarang ini. Dulu sih, jaman muda saya masih bisa pakai sepatu dua puluh ribu beli di emperan blok M berhak 9 cm dan dipakai seharian semalam suntuk. Sekarang.. Beuuh kaki saya jadi 'manja'. Pakai sepatu harus yang nyamaaan.. yang berarti bukan sepatu 'sembarangan'. Alias saya harus merogoh kocek lebih dalam buat beli sepatu yang 'enak' dipakainya. Itupun belum tentu sukses. Alhasil, gak mudah buat saya cari sepatu yang nyaman dan masih masuk budget. Beli sepatu pun, harus dipikir masak2. Gak boleh sembarangan.
Karena bisa mengancam kesehatan boyok, betis, dan telapak yang rawan lecet.
Awalnya saya mengeluh dan sebel sama kondisi kaki saya ini. Tapi sekarang, saya lumayan seneng juga. Coba bayangin, seandainya kaki saya 'gampangan', pasti saya bakal semakin sering tergoda untuk bela-beli tanpa pikir panjang. Nah, betapa banyak duit yg bakal terbuang?

Maafkan contoh-contoh absurd di atas. Tapi bayangkan, kalau untuk hal-hal sepele seperti itu saja, ada alasan dibaliknya, apalagi untuk hal-hal yang lebih 'berat'?

Maturnuwun Gusti.
Sent from my BlackBerry® wireless device

2 comments:

  1. iya gw ini ya gendut biar ga pake baju2 seksoy kali yahhh nanti gw jadi kim kardashian

    ReplyDelete
  2. chavalene: ntar kalau lo pake baju seksoy, dicegat polisi syariah lagi..hihihi

    ReplyDelete