Seseorang yang saya kenal menderita depresi.
I, being judgmental as always, looked down on this person.
*eh, mulai skrg ngomong bhs indo, dengan typo yg disengaja dan singkatan, spy ybs gak bisa baca, hehe*
Saya pikir, duh, ini orang aneh deh.
Dia punya 'segalanya'.
Rumah untuk berlindung, partner, family, karier, friends.
Dia tajir (buat saya, kalau orang udah bisa makan berapakalipun sehari yang dia mau, dan milih makan apa, itu tajir :-))
Dia bisa liburan kemana-mana.
Dia punya mobil yg lebih keren dari mobil saya.
Terus, kenapa juga masih depresi?
Saya sebel.
Apalagi keadaan dia yg setres itu, secara langsung gak langsung mempengaruhi hajat hidup saya.
Saya pikir dia cengeng.
Lemah.
Manja.
Gak tau malu.
Gak BERSYUKUR !!!
Sampai suatu hari saya dikasih 'bete' sama Tuhan.
Lalu seseorang berkata sama saya, 'What is yr problem? Fanny, you already have everything !!!'
Dan saya berpikir, if I already have everything, yet still feel BT, lalu apa bedanya saya dengan kenalan saya yang 'lemah, manja, gak bersyukur dan gak tau malu itu'?
Saya mencoba menyelami,
Betulkah saya gak bersyukur?
Ah, enggak kok. Saya beryukuuur banget atas semua yang saya miliki -dan tidak miliki.
I do however- from time to time - have to remind myself every now and then.. and 'force' my self to see and feel all my blessings.
Memang, kadang ada saat dimana kamu merasa, it's just not yr day.
Down.
BT.
Sedih.
Stres.
Depresi.
Despite all the blessings that you have, and well aware of.
It's human to feel those feelings, right?
Dan bukan berarti, itu artinya saya nggak bersyukur.
Dan bukan berarti, semua itu harus dipendam dalam hati karena kita nggak mau 'ngeluh'. ya kan ?
Mungkin seperti saat jari kita terbakar api.
Awalnya kita merasa ada yang aneh. Ada yang gak beres.
Lalu kita mulai menyadari rasa panas yang mendera.
Kemudian sakit.
Sampai kita menjauhkan jari kita dari sumber panas tadi.
Coba seandainya kita nggak merasa aneh, panas dan sakit.
Maka kita bakal santai-santai saja dan membiarkan api membakar kita.
Gawat kan ?
Lalu saya berpikir lagi.
Kata orang bijak, everything happens for a reason
Seperti analogi di atas, sedih pun, juga pasti ada hikmahnya.
Buat ngingetin kita. That maybe, something in our live is missing.
Maybe, just maybe, we need to fix it or take a better care of ourselves.
Or find a balance.
Or, maybe, in my case, ini cara Tuhan ngingetin saya buat nggak boleh sembarangan ngejudge orang :)
So i guess i learnt something.
Selain gak boleh asal dalam menilai orang lain, saya juga nggak boleh meremehkan perasaan saya.
Sometimes, you just have to accept that you're sad. or angry. or bitter.
And you shouldn’t feel guilty about whatever feeling you have.
Just take some time to reflect.
Istirahat.
Curhat.
Menyepi sebentar.
Feel the feelings.
Karena, gimana kita bisa tau bedanya bahagia atau sedih kalau kita nggak pernah ngerasain kesedihan. Ya kan ?
So I guess, I owe that person an apology J
Gue udah mengingatkan diri sendiri untuk selalu bersyukur. Jadi misalnya gue mo pulang kantor trus udah cape dan masih harus nyetir, gue ga mau ngeluh dan sebagai gantinya mikir "alhamdulillah gue masih punya kerjaan dan alhamdulillah gue punya mobil, banyak orang yang nganggur dan bahkan blom kepikir gimana supaya punya mobil". Ya gitu lah pokoknya :)
ReplyDeleteIya, Ty.. gue dulu juga gitu selalu mengingatkan bahkan memaksa untuk bersyukur. malah kadang2 i feel guilty when i'm sad or not happy.
ReplyDeleteTapi lambat laun gue ngerasa klise banget. alasan bersyukur dijadiin tameng supaya gue nggak confront the real problem or my feelings. plus gue jadi minimize other's problems. makanya sekarang gue gak mau gitu lagi.
kalau gue sedih, gue resapin, gue coba cari tahu kenapa. syukur2 gue bias cari solusinya.
halah, drama abis deh :)