Hari ini, TL twitter saya rame membicarakan kemampuan bahasa Ingris seorang menteri.
Hmm, sepintas kocak sih bacanya, tapi saya jadi mikir dan justru kesian. Bukannya kasihan dengan si Bapak Mentri (kalau dia mah kayaknya justru senang dijadiin bulan2an), tapi kasihan dengan situasinya. Seseorang yang berusaha berbahasa Ingris, tapi salah, dan ditertawakan oleh massa .
Sebenarnya saya udah sering mikir begini. Apalagi sejak saya tinggal di Belgia, yang otomatis jadi sering membandingkan segala hal antara Belgia-Indonesia, bahkan sampai hal-hal paling kecil dan gak penting sekalipun.
Kenapa sih di Indonesia , kemampuan berbahasa Ingris sepertinya dijadikan standar status seseorang. Kalau gak bisa bahasa ingris, artinya kamu gak intelek, bodoh, marginal, dan patut dijadiin bahan tertawaan.
Bukannya saya bilang bahasa ingris gak penting yah.. justru menurut saya penting banget dan pendidikan di Indonesia harus lebih concern mengajarkan anak didiknya berbahasa asing, supaya gak kalah bersaing di tingkat internasional.
Tapi ya itu, bahasa ingris itu gak gampang, apalagi untuk lidah orang indo. Strukturnya pun berbeda jauh dengan bahasa indo. Contohnya, orang dengan bahasa ibu belanda akan lebih mudah belajar bahasa ingris dari pada orang dengan bahasa ibu indonesia .
Jadi kalau orang indonesia salah dalam berbahasa asing, wajar. Nggak usah diketawain.
Kenapa saya terkesan 'ngotot' ngebelain gini?
Soalnya saya punya pengalaman pribadi.. hehehe!!
Dari dulu, bahasa Ingris saya emang standar aja, gak pernah bener2 perfect. Keadaan tambah parah saat saya harus belajar bahasa Belanda. Apalagi pertama kali belajar bahasa Belanda, saya masih jadi stay at home mom. Jadi saya gak pernah menggunakan bahasa ingris secara tulisan lagi, Cuma lisan sama Jo. Pas mulai kerja, saya pun mulai harus banyak membuat email dengan bahasa ingris. Saat itu lah saya nyadar kegagapan saya untuk membedakan bahasa ingris, belanda dan indonesia , secara tulisan.
Contoh, saya pernah pusing mo nulis 'buku' dalam bahasa ingris. Mana yang bener 'boek' (dutch) atau 'book' 'english).
Butuh waktu semenit dua menit untuk mikir, dan memilih mana yang benar.
Kalau ngomong sama Jo pun, sampai sekarang saya campur aduk bahasa belanda dan ingris. Jo juga gitu karena ngimbangin saya. Sapai-sampai kita pernah diketawain temennya Jo yang merasa 'terhibur' dengan gaya kita ngomong J
Pernah juga, saya diketawain pelayan di sebuah kedai kopi di Citos waktu pulang kampung beberapa tahun yg lalu. Ceritanya, saya mo pesen kopi buat jo, decaf. Nah di belgia, decaf dibaca dengan 'deka(f)' (kayaknya originally ini dari bahasa prancis deh - cmiiw) i/o 'dikef' kayak yang biasa dibilang secara engris-nya. Karena saya udah kebiasaan di sini ngomong 'deka(f)' ya saya lupa. Eh, dia cekikikan dan menatap saya -duh-ini-orang-kampungan-banget sih- kindda look.
But ok, I was in a good mood so I let it go. Lucky him, that mas-mas of kedai kopi J
Terus, saya juga diketawain waktu bilang 'idol' i/o 'aidol'. Soalnya kalau di belgia, namanya idool..
Pernah juga diketawain waktu bilang 'ikea' i/o 'aikia'. Padahal ikea itu sweden punya kan yah.. dan di negara asalnya juga disebut ikea deh kayaknya (dan pastinya di belgia dan belanda juga disebut ikea). Singkatan nama pemiliknya Ingmar KEA- siapa gitu... bukan Aingmar..
Saya pernah juga ketemu sama orang ingris asli yang ngomong butter sebagai 'buter' instead of 'bater', karena emang dialeknya dia begitu... lah, gak mungkin kan dia salah..??
Jadi ya.. menurut saya, wajar lah kalau seseorang melakukan kesalahan dalam berbahasa asing atau salah dalam pengucapannya. Orang indo aja juga banyak yang salah dalam berbahsa Indo kok! Haha (contohnya : SAYA. Tanya sana sama editor saya!!)
Pernah denger ada yg bilang 'Makanya gak usah belagu sok bahasa engres segala, kalau bahasa engres lo ngaco begitu!'
Loh, kalau menurut saya, justru kita harus nekat karena itu salah satu cara untuk belajar bahasa asing. Kalau kita takut membuat kesalahan, gimana mau belajar? Kapan mau bisa?
Kalau ada orang yang merasa lebih bisa dibanding yang kurang bisa, seharusnya yang lebih pintar itu mengajari, membimbing, menyemangati.. bukannya menurunkan mental orang yang mau belajar dengan cara mentertawakannya.
Hmm.. tapi pasti ada yang komen, 'loh Fan, tapi ini orang kan udah menteri. Malu2in bangsa aja bahasa ingrissnya ngaco begitu'
Dan jawaban saya... : Pan saya udah bilang, kalau saya nggak mau belain dia.. but then again, bukannya itu orang emang udah sering malu-maluin dengan alasan yang lebih parah dari bahasa engris?
Hahaha..
Anyway, just a thought. No need to take it too seriously.
And next time someone tells me that my english is bad.. I will reply; let's speak dutch instead! HAH!
Jadi inget suami pernah bilang ke seseorang yg nyindir dia karna ngetwit bahasa inggris terus..kata suami gue 'lah gue kan dari kampung,gede di kampung pengen blajar bahasa inggris' diem deh tu orang. Btw,sependapat ama elo,Fan. Hehehe.
ReplyDeletewhooaaaaaa dirimu penulis, ntar cari2 di gramed aahh!
ReplyDeleteLOL! ini baru imbang, ada yang mencaci maki, ada yang memaklumi . saya ikut klub memaklumi! (setelah capek ikut klub caci maki *ngos ngos*) :P
nyanya: buhahaha!!! hidup anak kampung! biar kampungan yang penting sombong!!! prinsip gue dan iing sama (sok akrab) hihihi :)
ReplyDeletetoto: aih.. where have you been darling? mana fotomuuuu??? *teteup nguber2 foto* :)
Ini mirip kasusnya sama Putri Indonesia (eh pokoknya kontes miss-miss gitu lah). Gue pikir2, ya biar aja si miss itu bahasa Inggrisnya kurang okeh, tuh liat Miss Universe malah pake penerjemah. Brarti kan dia bahasa Inggrisnya lebih parah lagi, ya kan? Lagian bisa bahasa Inggris ato ga tidak menjamin kemenangan di kontes itu. Mungkin bahasa Inggris gue lebih bagus dari si miss (mungkin lho, but I wouldn't bet on it), tapi gue jamin gue bakal ditolak begitu gue nyerahin formulis pendaftaran. Udah pendek, muka pas2an pula! :D
ReplyDelete