Sejak menelurkan dua buku, banyak yang bertanya pada saya 'bagaimana sih kok bisa jadi penulis?'
Err.. jujur ini adalah pertanyaan yang susah banget dijawab. Walaupun sudah berkali-kali ditanya, dan seharusnya saya sudah punya jawaban standar untuk menanggapi, tapi entah kenapa kalau menghadapi pertanyaan ini lagi saya mesti tercenung dulu sebelum akhirnya menjawab dengan gelagepan.
Sejujurnya - sumpah, beneran, nggak boong - saya nggak pernah sekalipun berangan-angan jadi penulis. Bahkan sampai sekarang saya masih suka grogi kalau dibilang, atau menyebut diri saya sebagai 'penulis'.
Bukan, bukan karena saya meremehkan profesi ini. Justru sebaliknya, sebagai seorang kutu buku dari kecil yang begitu mencintai buku sedemikian rupa, saya menganggap pengarang adalah profesi para dewa. Cuma orang-orang dengan bakat luar biasa dan super cerdas yang bisa jadi penulis.
Uhm, well.. at least itu pikiran Fanny kecil (yang mana juga pernah menyangka kalau laki-laki bisa hamil - soo imagine how 'smart' I was!!)
Mangkanya, saya mah nggak pernah kepikiran jadi penulis.
Awalnya, saya menulis untuk membunuh waktu saat mulai tinggal Belgia beberapa waktu yang lalu. That, dan kenyataan betapa mindernya saya dengan status 'menganggur' dan satu niat besar untuk menghasilkan uang untuk menggapai satu cita-cita saya : mengongkosi emak naik haji. Plus, seringnya saya menulis surat dan menjelaskan berulang-ulang tentang kehidupan di Belgia ke keluarga dan teman-teman yang membuat saya iseng berkata 'lama-lama gue jadiin buku aja nih!'. Ditambah lagi keberhasilan seorang teman yang baru mempublikasikan bukunya (waktu itu saya belum tau buku tersebut bakal meledak, bagus deh, kalau nggak pasti saya minder duluan dan gak jadi bikin buku).
Well, that's how I started writing. The rest is history. Anggep aja saya 'kecanduan', untuk mulai menghasilkan karya lain.
Pertanyaan kedua yang juga bikin saya pusing adalah kalau ada yang meminta tips menulis dari saya.
Err. Sumpah, ini lebih susah dari pada ngelahirin! Karena awal saya nulis, seperti diceritain di atas, yah cuma spontanitas. Jadi saya nggak pakai teori apa-apa. Justru setelah buku pertama terbit, saya mulai 'niat' untuk mempelajari dunia tulis menulis. Membaca beberapa buku dan mempelajari tips menulis dari beberapa pengarang. Dari itu semua, plus pengalaman pribadi, saya sampai pada kesimpulan sbb:
- don't think too much, just write! Mikirnya nanti aja, kalau mulai meng-edit/rewrite.
- buat halaman pertama menarik. Something that can grab yr readers attention immediately.
- bersiaplah untuk kerja keras, karena nulis buku itu membutuhkan proses yang panjaaaaang dan ribet.
- master the trick untuk mengembangkan cerita tanpa perlu bertele-tele. Hayoohh susahh beeet!
- buat sesuatu yang beda. Tema boleh sama bahkan picisan, but write from different angle
- attention to details
- gunakan imajinasimu habis-habisan, tapi ceritanya tetep harus masuk akal
- create a drama but not a sinetron.. hehehe
- sabar (apalagi kalau punya editor seperti saya... huaaa, peace tante H!!)
- dengar, amati, resapi sekitarmu
- jangan bete kalau ada orang curhat, siapa tau bisa jadi inspirasi for next story! Hehe
- edit edit edit edit edit edit edit edit
- rewrite rewrite rewrite rewrite
- riset riset riset
- minta tanggapan dari orang-orang yang kamu percaya dan hormati
- listen to critics, be open
- jangan sakit hati kalau ada yang gak suka karya kamu. Itu mungkin cuma masalah selera (baca: selera mereka jelek! Ahahahaha!!!)
- jadilah karaktermu. Menangislah saat dia menangis. Tertawalah saat dia tertawa. Be crazy!
- berjaraklah dengan karaktermu. supaya kamu tidak menuliskan dirimu sendiri, dan ceritamu punya ruang untuk berkembang
- sediain waktu untuk menulis (ini yang susaaaaah banget buat gue)
- berkhayal-lah, anytime anywhere (ini yang gampaaaaang banget buat gue!!)
- writers block? Paksain diri buat nulis. Beberapa scenes terbaik saya (menurut saya sendiri loh yahJ) justru ditulis saat saya lagi gagap nulis. Tapi nggak bisa dipaksain juga sih. Ada saatnya you just have to stop, take a break and some distance dulu....
err apa lagi yah???
Ada yang bilang kalau kamu mesti mulai dengan membuat plot. Eh, saya nggak tuh ! Ada yang bilang kamu harus nulis tiap hari.. I don't! Tapi saya ngayal tiap saat. Apakah itu sesuatu yang berhubungan dengan buku saya atau bukan, tapi tetep ngayal jalan terus. Mungkin ini memang hobi saya, mungkin juga ini 'panggilan' untuk menulis kalau kata mbak editor saya.. tapi yang jelas, ngayal, buat saya penting banget. Selain sebagai 'sarana' melepaskan diri dari realitas yang terkadang membelenggu (halah!).. ngayal buat saya bisa juga jadi ajang pelatihan menulis! Ahaha!
Tapi jujur yah, sejak saya jadi 'penulis' (tuh kan.. masih aja saya membubuhi tanda kutip.. haha masih merasa tidak layak !!), saya tuh jadi nggak bisa benar-benar menikmati buku bagus lagi. Selain jadi keseringan menganalisa sebuah buku instead of just enjoying the story, kalau baca buku bagus.. pasti saya minder. Terus jealous. Kepikiran : kok gue nggak bisa bikin buku kayak gini sih???
Untungnya suami saya yang
Hanya saja... saya justru lebih termotivasi saat membaca buku jelek. Soalnya saya jadi mikir, ah begini doang kok bisa terbit. Saya bisa nulis yang lebih bagus! Hehehe sombong sesekali gak papa yah dari pada minder terus?
Pertanyaan ketiga yang sering menghampiri : Apakah saya menulis berdasar pengalaman pribadi?
Jawabnya, Ya.
Tapi bukan berarti saya menulis kisah hidup saya yah. Pengalaman pribadi itu adalah gabungan kisah yang benar-benar pernah saya alami, saya lihat, saya dengar, saya khayalin, atau pengalaman pribadi orang lain yang saya tambahkan bumbu-bumbu!
well, udah deh sampai di sini dulu. udah bosen kan?
doain aja buku ketiga saya cepet terbit dan saya jadi 'penulis beneran' :)
No comments:
Post a Comment